Sunday, March 20, 2011

TAFSIR DAN TAKWIL

1. Pengertian Tafsir.
Kata Tafsir mengikuti wazan “taf’il”, berasal dari akar kata al-fasr yang bererti menjelaskan (al-tabyin), menerangkan (al-idlah), menyingkap (al-kasyf) dan menampakkan (izhhar) makna yang abstrak. Dalam Alquran dinyatakan:

وَلاَ يَأْتُوْنَكَ بِمَثَلٍ إِلاَّ جِئْنَاكَ بِالْحَقِّ وَأَحْسَنَ تَفْسِيْرًا. (الفرقان [25]: 33)
“Tidaklah mareka datang kepadamu (membawa) sesuatu yang ganjil, melainkan kami datangkan kepadamu sesuattu yang benar dan paling baik tafsirnya”. (Q.S. al-Furqan [25]: 33).

Tafsir menurut istilah, sebagaimana didefinisikan Abu Hayyan ialah: “ilmu yang membahas tentang cara pengucapan lafazh-lafazh Alquran, tentang petunjuk-petunjuknya, hukum-hukumnya baik ketika berdiri sendiri maupun ketika tersusun dan makna-makna yang dimungkin-kan baginya ketika tersusun serta hal-hal lain yang melengkapinya”.
Menurut az-Zarkasyi dalam kitab Manhaj al-Furqan (II/6), tafsir adalah ilmu untuk memahami kitabullah yang diturunkan kepada nabi Muhammad SAW, menjelaskan makna-maknanya serta mengeluarkan hukum-hukum dan hikmah-hikmah-nya.
Ada juga yang mendefinisikan tafsir sebagai ilmu yang membahas kitabullah melalui ayat-ayatnya menyangkut maksud Allah sesuai ke-sanggupan manusia. Sebahagian ulama memberikan definisi bahwa tafsir adalah ilmu yang membahas tentang cara mengucapkan lafazh-lafazh Alquran, maksudnya, segala hukum lafazh tersebut baik perkata mahupun kalimat, serta maknanya ketika tersusun menjadi kalimah dan lain sebagai-nya seperti mengetahui naskh, sabab nuzul, dan hal-hal lain semisal qishah dan matsal.
Tafsir adalah kunci untuk membuka gudang simpanan yang tertimbun dalam Alquran. Tanpa tafsir, manusia tidak mampu membuka gedung simpanan tersebut untuk mendapatkan mutiara dan permata yang ada di dalamnya, sekalipun ia berulang kali mengucapkan lafazh Alquran dan membacanya sepanjang pagi dan petang. Secara sederhana, tafsir dapat diertikan dengan pengertian lahiriah dari ayat Alquran yang pengertiannya secara tegas menyatakan maksud yang dikehendaki Allah ‘Azza wa Jalla.

2. Pengertian Takwil.
Secara epistimolgi Takwil, berasal dari kata “al-aul” yang ertinya kembali. Sebahagian ulama ada yang berpendapat bahawa takwil itu sinonim (muradlif) dari kata tafsir. Seorang pengarang kamus mengatakan:
أَوَّلَ الْكَلاَمَ تَأْوِيْلاً وَتَأَوَّلَهُ بِمَعْنَى دَبَّرَهُ وَقَدَّرَهُ وَفَسَّرَهُ
Seseorang menakwilkan ucapan dengan suatu takwil, ertinya ia merenungkan, memperkirakan dan menafsirkannya.

Di antara firman Allah SWT yang mengemukakan kata takwil dengan makna tafsir adalah:
فَأَمَّا الّّذِيْنَ فِى قُلُوْبِهِمْ زَيْغٌ فَيَتَّبِعُوْنَ مَا تَشَابَهَ مِنْهُ ابْتِغَاءَ الْفِتْنَةِ وَابْتِغَاءَ تَأْوِيْلِهِ ... الأية (آل عمران [3]: 7).
“Adapun orang-orang yang dalam hatinya condong kepada kesesatan, maka mereka mengikuti sebahagian ayat-ayat yang mutasyabihat untuk menimbulkan fitnah dan untuk mencari-cari takwilnya…”. (Q.S. Ali ‘Imran [3]: 7).
Kata takwil dalam ayat ini bermakna tafsir dan ta’yin. Atau dengan kata lain tafsir merupakan makna yang jelas dari ayat Alquran tersebut. Takwil juga bisa berarti memalingkan, sebagaimana pada ucapan
أَوَّلْتُهُ فَآلَ أى صَرَّفْتُهَ فَانْصَرَفَ
Aku telah memalingkannya, maka ia berpaling.
Maka takwil berarti memalingkan ayat pada satu makna yang tercakup dalam pengertian ayat yang mungkin mempunyai beberapa pengertian.
Sedangkan dalam terminologi para ahli tafsir (mufassirun), mereka berbeza pendapat dalam memberikan definisi takwil. Ulama mutaqaddimin berpendapat bahwasanya takwil merupakan sinonim (muradif) dari tafsir, sehingga hubungan (nisbat) diantara keduanya adalah sama. Sementara takwil dalam tradisi ulama mutaakhkhirin adalah memalingkan dan meng-arahkan makna lafazh yang kuat (rajih) kepada makna yang lemah (marjuh) karena ada dalil yang menyertainya.
Secara sederhana dapat dikatakan bahwa takwil adalah pengertian-pengertian tersirat yang diproses (istinbath) dari ayat-ayat Alquran yang memerlukan perenungan dan pemikiran serta merupakan sarana pembuka tabir. Dari ayat-ayat yang kemungkinan mempunyai beberapa pengertian, para mufassir merujuk pada pengertian yang lebih kuat, lebih jelas dan gamblang. Namun hal ini tidak bersifat pasti (qath’i), karena hukum pasti tersebut telah ditetapkan dalam kitab Allah, sebagaimana firman-Nya:
وَمَا يَعْلَمُ تَأْوِيْلَهُ إِلاَّ الله ... الأية (آل عمران [3]: 7)
“Padahal tidak ada yang mengetahui takwilnya melainkan Alah”... (Q.S. Ali ‘Imran [3]: 7).

1 comment:

  1. Ini adalah hasil kajian saya dan rakan-rakan untuk madah tafsir al Quran. Sekadar berkongsi pengetahuan dengan rakan-rakan. Sebenarnya kajian kami berpandukan kitab-kiab tafsir yang hampir ke semuanya dalam bahasa Arab. Tapi, saya telah menafsirkannya untuk pengetahuan bersama. Inshaallah..Senarai buku rujukan akan saya pamerkan pada post akan datang.

    ReplyDelete